Kalender Liturgi hari ini
Kitab Hukum Kanonik
No. kanon: contoh masukan no kanon: 34,479,898-906
KITAB SUCI +Deuterokanonika
: - Pilih kitab kitab, masukan bab, dan nomor ayat yang dituju
Katekismus Gereja Katolik
No. : masukkan no. katekismus yang dikehedaki, misalnya 3, 67, 834 atau 883-901

Partner Link Website
Keuskupan, Paroki & Gereja

 

H O M I L I
Mgr F.X Hadisumarta O.Carm

MINGGU BIASA XXV/B/2015

  Keb 2:12.17-20   Yak 3:16-4:3   Mrk 9:30-37


PENGANTAR
          Telah 70 tahun  secara resmi  oleh Bung Karno bangsa Indonesia telah menyatakan diri sebagai Negara dan Bangsa Merdeka. Saya sendiri sekarang 82 tahun adalah seorang kristiani Katolik yang sudah dibaptis; pernah menerima semua sakramen gerejawi kecuali sakramen perkawinan, memang atas pilihan sendiri, bukan paksaan dan sesuai dengan kehendak sendiri. Tetapi mendengar bacaan-bacaan hari ini, khusus-nya Injil Markus,  ternyata dalam sikap hidup saya sendiri tidak jauh bedanya dari sikap hidup keduabelas murid Yesus, yang telah cukup lama mengikuti jalan hidup dan perbuatan-Nya. Ternyata saya sendiri dalam hidup saya sebagai orang kristiani atau  murid Yesus, saya harus kerapkali mawas diri, guna melihat dan menyadari kesungguhan sikap hidupku sebagai murid Yesus sejati.

HOMILI
          Ketika saya membaca Injil Markus seluruhnya, Yesus sampai 3 kali secara terbuka mengatakan kepada murid-murid-Nya, bahwa Ia akan ditolak, menderita, disalib, tetapi akan bangkit lagi (Mrk  8:31-33; Mrk 9:30-32; Mrk 10:32-34). Dalam  ketiga ucapan-ucapan-Nya itu, Yesus menyampaikan tiga pesan khusus. Yang pertama: Yesus mau menegaskan, bahwa setiap orang yang mau mengikuti Dia, harus mau menyerahkan nyawa, penuh dengan dedikasi demi kepentingan Allah dan sesama. Dalam pernyataan-Nya yang kedua (Injil hari ini!) Yesus menegaskan, agar kita jangan hanya mencari kehormatan  diri sendiri dan mencari kedudukan tinggi, tetapi memiliki sikap dasar seperti anak kecil. Dalam pernyataan-Nya ketiga, Yesus menuntut kesediaan/kesanggupan murid-Nya untuk saling melayani. – Arah perjalanan Yesus ke salib dan kebangkitan-Nya memang sulit untuk dipahami oleh murid-murid-Nya! Apakah pendirian dan sikap kita sekarang ini berbeda, bila dibandingkan dengan sikap murid-murid Yesus yang dahulu bergaul dengan Yesus, mendengar sabda-Nya dan menyaksikan hidup-Nya?

          Kenyataan yang ada, baik dahulu maupun sekarang, adalah kejahatan. Tidak mengherankan  bahwa dalam doa Bapa Kami yang diucapkan Yesus dan diajarkan kepada kita  terdapat  permohonan: “Bebaskanlah kami dari yang jahat”. Nah, dalam menghadapi kenyataan jahat itulah kita harus mau dan berani menghadapi salib! Itulah yang dialami dan dilakukan Yesus sendiri! Apakah kita ingin atau mau secara lain dan menempuh jalan lain daripada yang harus ditempuh Yesus? Apakah sebenarnya yang disebut salib?

          Secara alkitabiah apa yang disebut salib bukanlah setiap penderitaan atau kesengsaraan fisik maupun bencana yang kita alami. Memang banyak kesusahan atau penderitaan yang kita alami, namun itu bukan itulah yang disebut salib. Sebab kesusahan itu dapat diatasi dengan usaha dan pertolongan orang lain, misalnya kesukaran ekonomis, perlakuan sosial tak adil. -Yang disebut salib ialah apa yang dialami oleh Yesus sendiri, yaitu bahwa manusia yang menolak kebaikan Allah. Yesus datang untuk berbaik baik, namun ditolak. Inilah salib yang sebenarnya. 

          Yesus memang menderita dan mati, tetapi Ia bangkit lagi! Apa konsekuensinya? Penderitaan hanya merupakan salib, apabila diikuti kebangkitan! Mengapa? Karena  dalam salib dan kebangkitan Yesus adalah dua segi atau muka dari satu kenyataan yang tak terpisahkan! Bila tidak ada kebangkitan, kejahatan tidak dikalahkan! Tetapi juga tak ada kebangkitan tanpa salib! Inilah masalah yang memang sulit dipahami oleh murid-murid Yesus, meskipun sampai tiga kali Yesus menegaskan, bahwa Ia harus menderita dan mati untuk mengatasi kejahatan!

          Bahwa murid-murid Yesus tidak memahami penderitaan, kematian dan kebangkitan Yesus, terbukti dari kenyataan, bahwa murid-murid-Nya bukan berdebat tentang penderitaan dan kematian Guru mereka, melainkan justru bertengkar siapa yang akan terbesar di antara mereka!  Bukankah pandangan dan sikap murid-murid Yesus itu juga pandangan dan sikap kita sekarang ini juga?

          Ternyata Yesus berkata kepada kita: “Barangsiapa menerima seorang anak seperti ini demi nama-Ku, ia menerima Aku”. Artinya, anak itu belum berjasa, belum membuktikan kehebatannya. Ia masih seperti apa adanya, tanpa perhitungan. Jadi kita diharapkan mau menerima  sesama kita bukan karena ia sudah berjasa.Yesus memanggil dan menerima murid-murid-Nya meskipun belum berjasa! Itulah spiritualitas kristiani sejati, yang harus kita miliki dalam hidup dan pergaulan antar sesama.

          Akhirnya pesan Injil hari ini ialah: kita bukan hanya mau dan berani berkorban dan mati untuk mempertahankan iman atau agama kita, melainkan terutama untuk mau dan berani meninggalkan pikiran dan kepentingan kita sendiri, agar sungguh mampu memihak kepada Yesus, dan sungguh mengikuti ajaran, sikap dan pola kehidupan-Nya. 

Mgr. F.X. Hadisumarta O.Carm.

kumpulan Homili Mgr. FX. Hadisumarta O.Carm

 

Diperkenankan untuk mengutip sebagian atau seluruhnya isi materi dengan mencantumkan sumber http://www.imankatolik.or.id/