Kalender Liturgi hari ini
Kitab Hukum Kanonik
KITAB SUCI +Deuterokanonika
: - Pilih kitab kitab, masukan bab, dan nomor ayat yang dituju
Katekismus Gereja Katolik
No. : masukkan no. katekismus yang dikehedaki,( 67, 834 / 883-901)
SEJARAH PAUS

Ensiklik & Surat Paus

Dokumen KV 2

No: masukkan no. yang dikehedaki - 0 (nol) untuk melihat daftar isi-(catatan kaki lihat versi Cetak) 

KATA PENGANTAR KITAB KIDUNG AGUNG

 

Kerinduan akan cinta
Kidung Agung adalah salah satu buku yang unik di antara Kitab-kitab Alkitabiah. Ada percakapan cinta antara seorang pria dan seorang wanita yang penuh keindahan. Kidung Agung mlnlah satu-satunya buku yang tidak berbicara mengenai Allah. Tetapi bagaimana dapat menjadi bagian Kitab Suci?

Banyak orang berpikir bahwa dalam kitab ini tersimpan nyanyian-nyanyian cinta antara pengantin lelaki dan pengantin perempuan mengenai hari-hari perkawinan mereka yang kemudian ditafsirkan dalam suasana religius. Tetapi pendapat ini meninggalkan banyak pertanyaan yang tidak bisa dijawab. Pengalaman semacam ini tidak ada dalam kebudayaan-kebudayaan Timur. Tidak ada suatu tafsiran atau puisi dan tidak pula mengandung suatu harapan akan anak-anak yang biasanya terdapat dalam sistim perkawina Israel.

Orang-orang modem beranggapan bahwa cinta pertama tu ditemukan dalam setiap pasangan dan dari sini kita dapat berbicara mengenai cinta ilahi. menurut catatan sejarah, bukan cinta seperti ini yang dirnaksud. Dalam setiap kebudayaan, cinta pria dan wanita pada umumnya mulai dengan persahabatan, menikmati keindahan dunia dan kesenangan hidup. Orang-orang dalam Kitab Suci menemukan nilai perkawinan dan cinta lewat pengalaman religius para nabi: Hosea, Yeremia dan bagian ketiga Yesaya. 

Mulai abad ke-12 sesudah Masehi, pada abad pertengahan, mulai nampak ungkapan-ungkapan perasaan cinta, dituangkan dalam kebudayaan. Dirintis oleh negara-negara berciri Kriften yang mengungkapkan pengalaman-pengalaman mistiknya dalam terang Kidung Agung dimana Allah disebut sebagai: Cinta dan Yang Mencintai.
Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa sejak awal, Kidun Agung telah dilihat sebagai simbol cinta ilahi atau dengan kata lain kerinduan untuk mencintai dari sekelompok kecil orang lsrael yang hidup dalam harapan kepada Allah. Inilah pemahaman yang bisa diterima oleh kalangan Kristen dan Yahudi.

Suatu kerinduan yang tak pernah padam. Cinta yang tak pernah lenyap seperti yang dilkuiskan olehKidung Agung sebenamya diilhami oleh para penulis kitab para nabi (Hosea). "Pengantin laki-laki menyembunyikan diri ketika ia dicari oleh pengantin wanita. Karena tidak menemukannya, ia terus mencannya tanpa mengenal lelah; dan pada akhirnya usaha untuk menemukannya pasangannya ditunda sampai ia sungguh-sungguh menemukan apa yang dicarinya" (St. Gregorius)

 

Sumber:
Kitab Suci Komunitas Kristiani
Edisi Pastoral Katolik