Dokumen Gereja
Dokumen Gereja
www.imankatolik.or.id |
Cari Kata dalam Dokumen Gereja
www.imankatolik.or.id |
|---|---|
| 11. | Konsili Trente sudah menjunjung tinggi segi kateketis dalam perayaan Ekaristi. Meskipun demikian, Trente belum dapat menarik segala konsekuensi yang praktis. Misalnya pada waktu itu banyak orang menuntut agar dalam kurban Misa boleh digunakan bahasa umat setempat. Namun karena tuntutan situasi Gereja pada zaman itu, Konsili Trente merasa wajib untuk menegaskan kembali ajaran gereja, bahwa kurban Misa itu pertama-tama adalah tindakan Kristus sendiri, sehingga hasil Misa yang sesungguhnya tidak tergantung dari partisipasi umat beriman.Ini dirumuskan sebagai berikut : "Meskipun Misa mengandung banyak pengajaran untuk umat, namun tidak disetujui oleh Konsili, bahwa Misa dirayakan dalam bahasa umat setempat."[*] Bahkan dianggap terkutuklah siapa saja yang "menolak kebiasaan dalam Gereja Roma untuk mengucapkan Kanon dan kata-kata konsekrasi dengan suara lembut, atau yang berpendapat bahwa Misa harus dirayakan dalam bahasa umat setempat." Akan tetapi, kalau di satu pihak dilarang menggunakan bahasa umat setempat, maka di lain pihak para pastor diperintahkan untuk mengimbangi kekurangan itu dengan katekese yang sesuai: "Supaya domba-domba Kristus jangan sampai kelaparan, ??.maka Konsili memerintahkan para gembala umat beriman dan semua yang bertanggung jawab atas umat beriman, agar dalam Misa, mereka sendiri atau lewat orang lain, menjelaskan teks-teks yang dibacakan, dan menguraikan misteri kurban mahakudus ini, lebih-lebih pada hari-hari Minggu dan pesta."[*] |
| 12. | Konsili Vatikan II berhimpun dengan maksud untuk menyesuaikan Gereja dengan tuntutan tugas kerasulannya pada zaman ini. Maka dari itu, Konsili Vatikan II, seperti halnya Konsili Trente, sungguh-sungguh menyadari segi kateketis dan pastoral dalam liturgi. [*] Jadi, meskipun setiap orang katolik tahu bahwa liturgi dalam bahasa latin itu sah dan bermanfaat, namun diakui juga bahwa "pemakaian bahasa umat setempat seringkali berguna bagi umat," sehingga penggunaan bahasa umat setempat diizinkan.[*] Izin ini di mana-mana disambut dengan begitu gembira, sehingga, di bawah bimbingan para uskup dan Takhta Apostolik sendiri, dewasa ini semua perayaan liturgi yang dihadiri umat boleh diselenggarakan dalam bahasa umat setempat, agar dengan demikian misteri yang dirayakan, dipahami dengan lebih jelas. |
| 13. | Penggunaan bahasa umat setempat dalam liturgi, betapapun pentingnya, hanyalah merupakan alat, yaitu untuk mengungkapkan dengan jelas dan secara kateketis misteri yang dirayakan. Maka dari itu, Konsili Vatikan II menegaskan kembali beberapa keputusan Trente yang belum ditaati di semua tempat. Misalnya saja diharuskan adanya homili pada hari-hari Minggu dan pesta,[*] dan diizinkan agar di antara ritus-ritus kudus disisipkan penjelasan-penjelasan singkat.[*] Terutama satu harapan, yang juga dikemukan oleh bapa-bapa dalam konsili Trente, telah dilaksanakan oleh Konsili Vatikan II, yaitu, agar umat beriman berpartisipasi dalam Misa dengan lebih sempurna dan "tidak hanya berkomuni secara rohani, tetapi juga secara sakramental." Mengenai hal ini dinasihatkan oleh Konsili Vatikan II, "agar umat beriman berpartisipasi lebih sempurna di dalam Ekaristi, yakni : sesudah imam menyambut Tubuh dan Darah Tuhan, umat beriman pun hendaknya ikut menyambut dari kurban yang sama."[*] |
| 14. | Terdorong oleh semangat pastoral yang sama, Konsili Vatikan II telah berhasil meninjau kembali penetapan Konsili Trente tentang komuni-dua-rupa. Sebab dewasa ini tidak dipersoalkan lagi ajaran bahwa komuni-roti saja sudah merupakan komuni penuh. Namun Konsili mengizinkan komuni-dua-rupa pada kesempatan-kesempatan tertentu, supaya dengan demikian lambang sakramen menjadi tampak lebih jelas dan misteri Ekaristi dipahami secara lebih mendalam oleh umat beriman yang merayakannya.[*] |
| 15. | Dengan demikian, sebagai pengajar kebenaran Gereja tetap setia dalam tugasnya untuk menjaga "yang lama ", yakni harta warisan tradisi ; sekaligus Gereja menunaikan tugas lainnya, yakni mempertimbangkan dan mempergunakan "yang baru "dengan bijaksana ( bdk. Mat 13:52 ) . Sebagian dari Misale Romawi baru itu lebih mengarahkan doa-doa Gereja kepada keperluan zaman keperluan zaman kita. Hal ini berlaku terutama dalam Misa-Misa Ritual dan Misa untuk Pelbagai Keperluan dan Kesempatan. Dalam rumus-rumus itu secara indah yang lama dipadukan dengan yang baru. Maka di samping banyak rumus diambil alih secara utuh dari warisan Gereja yang sangat kuno, sebagaimana terbukti juga dalam terbitan-terbitan Misale Romawi sebelumnya, ada rumusan-rumusan lain yang disesuaikan dengan keadaan zaman sekarang. Ada lagi yang diciptakan baru, sering dengan meminjam pikiran dan perkataan dari dokumen-dokumenKonsili yang lalu; misalnya doa-doa untuk Gereja, doa untuk kaum awam, doa untuk menguduskan pekerjaan, doa untuk keluarga semua bangsa dan untuk pelbagai keperluan khas zaman kita. Gereja kini sangat terbuka terhadap dunia dan menyadari kedudukan dunia secara baru. Maka sudah sewajarnyalah bila dalam menggunakan rumus-rumus dari tradisi yang sangat kuno, kalimat-kalimatnya kadang kala diubah, supaya lebih sesuai dengan bahasa teologi modern serta lebih tepat mencerminkan sikap Gereja masa kini. Misalnya saja sejumlah teks yang mengandung penilaian tentang harta dunia dan berkaitan dengan pemakaiannya telah diubah; demikian pula ungkapan-ungkapan mengenai tata cara tobat yang berasal dari zaman lain dalam sejarah Gereja. Dengan demikian kaidah-kaidah liturgi Konsili Trente dalam beberapa hal telah dilengkapi dan disempurnakan oleh kaidah-kaidah Konsili Vatikan II. Maka, kini umat beriman diantar lebih dekat kepada liturgi kudus. Itulah buah dari segala usaha yang digalakkan selama empat abad terakhir, tetapi terutama pada abad kita, berkat studi liturgi yang direstui dan dimajukan oleh S. S. S. Pius X dan para penggantinya. |
| 16. | Perayaan Ekaristi adalah tindakan Kristus sendiri bersama umat Allah yang tersusun secara hirarkis. Baik bagi Gereja Universal dan Gereja Partikular, maupun bagi setiap orang beriman, Ekaristi merupakan pusat seluruh kehidupan kristen.[*] Sebab dalam perayaan Ekaristi terletak puncak Karya Allah menguduskan dunia, dan puncak karya manusia memuliakan bapa lewat Kristus Putra Allah, dalam Roh Kudus.[*] Kecuali itu, perayaan Ekaristi merupakan pengenangan misteri penebusan sepanjang tahun. Dengan demikian, boleh dikatakan misteri penebusan tersebut dihadirkan untuk umat.[*] Segala perayaan ibadat lainnya, juga pekerjaan sehari-hari dalam kehidupan kristen, berkaitan erat dengan perayaan Ekaristi : bersumber dari padanya dan tertuju kepadanya.[*] |
| 17. | Oleh karena itu, sungguh penting untuk mengatur perayaan Ekaristi atau Perjamuan Tuhan tersebut sedemikian rupa sehingga para pelayan dan umat beriman lainnya, dapat berpartisipasi dalam perayaan itu menurut tugas dan peran masing-masing, serta dapat memetik buah-hasil Ekaristi sepenuh-penuhnya.[*] Itulah yang dikehendaki Kristus ketika menetapkan kurban ekaristi Tubuh dan Darah-Nya. Dengan maksud itu pula Ia mempercayakan misteri ini kepada Gereja, mempelai-Nya yang terkasih, sebagai kenangan akan wafat dan kebangkitan-Nya.[*] |
| 18. | Untuk mencapai tujuan tersebut, hendaknya Ekaristi dirayakan sesuai dengan keadaan umat setempat. Seluruh perayaan hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga umat yang hadir dapat berpartisipasi secara sadar, aktif, dan penuh, yakni berpartisipasi dengan jiwa dan raganya, serta dikobarkan dengan iman, harapan, dan kasih. Itulah yang diharapkan Gereja dan dituntut oleh hakikat perayaan Ekaristi sendiri. Umat kristen mempunyai hak dan kewajiban untuk beribadat secara demikian berkat pembaptisan mereka.[*] |
| 19. | Kehadiran dan partisipasi aktif umat beriman mengungkapkan dengan lebih jelas bahwa pada hakikatnya perayaan Ekaristi adalah perayaan umat.[*] Namun kadang-kadang umat tidak dapat hadir. Meskipun demikian, perayaan Ekaristi tetap mengandung daya penebusan dan nilai luhur bagi mereka. Sebab Kristus dan Gerejalah yang menyelenggarakan perayaan Ekaristi; di dalamnya imam memenuhi tugas utamanya dan selalu bertindak demi keselamatan umat. Oleh karena itu, dianjurkan agar imam juga merayakan kurban Ekaristi harian, bilamana mungkin.[*] |
| 20. | Seperti halnya dengan semua liturgi, Perayaan Ekaristi pun dilaksanakan dengan menggunakan tanda-tanda inderawi. Lewat tanda-tanda itu iman umat diungkapkan, dipupuk, dan diperkuat.[*] Dari sebab itu, sungguh penting untuk memanfaatkan semua unsur dan bentuk perayaan yang disediakan oleh Gereja. Hal itu memungkinkan umat berpartisipasi secara lebih aktif dan memetik manfaat lebih besar bagi kepentingan rohaninya. Semua itu dilaksanakan dengan memperhatikan kekhususan umat dan tempat. |