Kalender Liturgi hari ini
Kitab Hukum Kanonik
No. kanon: contoh masukan no kanon: 34,479,898-906
KITAB SUCI +Deuterokanonika
: - Pilih kitab kitab, masukan bab, dan nomor ayat yang dituju
Katekismus Gereja Katolik
No. : masukkan no. katekismus yang dikehedaki, misalnya 3, 67, 834 atau 883-901

Partner Link Website
Keuskupan, Paroki & Gereja

Partner Link Website Katolik & Umum

H O M I L I
Mgr F.X Hadisumarta O.Carm

HARI MINGGU BIASA XXXI/A/2017

Mal 1:14b-2.6-10; 1 Tes 2: 7b-9.13; Mat 23:1-12;

PENGANTAR
    Di dalam seluruh Injil menurut Matius kerapkali ditunjukkan adanya konflik di antara ajaran dan sikap kaum Farisi serta ahli-ahli Kitab dan Yesus. Juga Injil hari ini membahas tugas, tanggungjawab dan sikap kaum Farisi, yang mengajarkan hal-hal keagamaan kepada orang-orang Yahudi, yang bertentangan antara ajaran yang diwartakan Yesus dan sikap-Nya sebagai Guru sejati. Yesus menegaskan kepada pengikut-pengikut-Nya, khususnya mereka yang mewartakan ajaran-Nya, supaya jangan sampai mereka menjadi seperti rabi-rabi Farisi. Yaitu orang-orang yang memang mengajarkan hal-hal yang baik, tetapi tidak melakukannya sendiri.

HOMILI
    Dalam pertemuan antara Yesus dan kaum Farisi dalam Injil Matius hari ini terungkaplah kritik Yesus terhadap kaum Farisi dalam melaksanakan tugas mereka sebagai pembimbing keagamaan orang-orang Yahudi. Ada empat kritik Yesus terhadap mereka.

    Kritik pertama : Kaum Farisi tidak melakukan sendiri apa yang mereka ajarkan. Kritik ini berlaku bagi setiap orang yang mengajarkan hal agama apapun! Maka berlaku juga bagi siapapun yang bertugas mengajarkan Kabar Gembira Yesus. Mereka harus mengajarkan segala sesuatu yang diperin-tahkan Yesus dan menghayatinya sendiri juga dalam hidup sehari-hari.

    Kritik kedua : Yesus memang berkata: "Lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu". Tetapi kaum Farisi memutlakkan perin-tah atau hukum terlalu secara harfiah, demi hurufnya bukan demi tujuan atau maknanya. Kritik Yesus misalnya ialah, bahwa Ia menyembuhkan orang sakit, meskipun pada hari Sabat! Menolong orang sakit atau menolong orang dalam keadaan darurat apapun, yang memang dibutuhkan, lebih perlu dan baik daripada beribadat. Yesus mengecam siapapun, yang memutlakkan hukum demi hukum. Seolah-olah hukum yang hanya berfungsi sebagai sarana guna menolong kelemahan manusia, dianggap sebagai tujuan. Hukum bukanlah tujuan melainkan sarana.

    Kritik ketiga: Kritik Yesus ditujukan kepada hipokrisi atau kemuna-fikan. Tentang kaum Farisi Yesus berkata : "Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang". Dalam Mat 6:1-18 Yesus menegaskan, bahwa memberi sedekah atau dana, berdoa, ber-puasa jangan hanyalah supaya dipuji dan dihormati orang.

    Kritik keempat: Yesus juga menyinggung soal gelar, sebutan, kedu-dukan sebagai rabi. Murid-murid Yesus dilarang memakai sebutan "rabi", bukan karena sebutan itu salah, melainkan agar jangan digunakan untuk menjauhkan rasa lebih tinggi/superior bahkan sikap sombong terhadap orang lain. Hanya ada satu Pribadi yang berhak dan diakui pantas disebut "Rabi", semua lainnya adalah saudara dan saudari, yang saling mengasihi dan menghormati. Demikian pula sebutan sebagai bapa. "Hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga". Bukan dimaksudkan sebagai bapa secara biologis, melainkan sebagai suatu otoritas rohani. Memang tidak salah bahwa ada golongan umat dalam Gereja, yang disebut Bapak, Romo, Bapak Uskup, Bapak Kardinal dan sebagainya. Sebutan itu bukan dimaksudkan untuk menempatkan mereka itu secara terpisah dari umat lainnya sebagai otoritas atau penguasa, melainkan dipakai untuk memperdalam dan meneguhkan hubungan/relasi yang otentik dan utuh dalam komunitas Gereja. Sebutan itu justru bertujuan agar mereka yang menerima sebutan itu makin mampu memiliki rasa tanggung jawab, bekerja secara tekun dan teliti, dan menjadi pelayan-pelayan yang rendah hati, serta menyingkirkan hambatan hubungan yang ada di antara kita satu sama lain.

    Akhirnya Yesus menegaskan: "Barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan". Dengan demikian Yesus menegaskan, bahwa dalam tata-nilai sebutan dan kedudukan setiap orang dalam komunitas kristiani sejati adalah sebagai berikut: orang yang terbesar nilainya sebagai pemimpin ialah yang menjadi pelayan bagi semua orang. Sebutan bagi Paus pun berbunyi : servus servorum, hamba segala hamba! Hanya orang yang melakukan sendiri apa yang dikatakannya kepada orang lain, dialah Rabi dan Bapa yang sebenarnya.

 

Mgr. F.X. Hadisumarta O.Carm.

kumpulan Homili Mgr. FX. Hadisumarta O.Carm

Diperkenankan untuk mengutip sebagian atau seluruhnya isi materi dengan mencantumkan sumber http://www.imankatolik.or.id/