Sementara itu, moral dunia Romawi makin merosot. Sebelum mereka dikalahkan oleh musuh-musuh mereka, daya-daya rohani orang-orang Romawi yang pemah mengangkat harkat kerajaan mereka makin melemah: kepercayaan-kepercayaan lama sudah tak berdaya lagi. Pada tahun 315, Kaisar Konstantinus sendiri minta untuk dipermandikan. Dan sesudah dia, penguasa-penguasa lain menjadi Kristen juga. Peristiwa ini sangat menentukan bagi Gereja karena sejak saat itu. Gereja tidak lagi dianiaya melainkan dilindungi.
Kemenangan ini yang dalam arti tertentu menguntungkan masyarakat luas, mendatangkan juga kerugian-kerugian yang baru disadari setelah beberapa waktu berlalu. Sejak saat itu Gereja memberi daya rohani yang dibutuhkan oleh masyarakat kerajaan Romawi. Gereja mengganti agama-agama palsu dan membuka pintu-pintunya bagi orang-orang yang berbondong-bondong minta dipermandikan. Gereja tidak lagi dibatasi pada orang-orang beriman yang dipermandikan setelah bertobat dan diuji. Selain itu Gereja terpaksa menjadi pendidik bagi "masyarakat Kristen" yang tidak berbeda banyak dari "masyarakat kafir." Keuntungan dalam jumlah berakibat adanya kerugian dalam mutu. Kaisar-kaisar "Kristen" tidak berbeda dengan pendahulu-pendahulu mereka. Kalau dulu merekalah otoritas tertinggi dalam agama kafir, sekarang kaisar-kaisar ingin menguasai Gereja, mengangkat dan mengendalikan para uskup. Mereka melindungi iman: mereka juga melindungi suatu agama negara dari "virus" injil.
Di lain pihak, ketika orang-orang Kristen tidak lagi bersembunyi di bawah tanah dan tidak lagi dianiaya, mereka makin terlibat dalam masalah-masalah duniawi. Bagaimana mereka bisa memadukan kebudayaan pada zaman mereka dengan iman? Pada periode ini para uskup yang disebut "bapa-bapa Gereja," memberikan penjelasan panjang lebar tentang iman dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari orang-orang pada zaman mereka. St. Agustinus menonjol di antara mereka itu.
Beberapa orang lebih suka tidak melihat aspek-aspek sulit dari iman. Tetapi mereka yang berani menyelidikinya, seperti lazimnya, tidak selalu memperhatikan kesalahan-kesalahan. Bidaah yang menyebar paling luas dan hampir melecehkan.Gereja adalah "Arianisme." Karena mereka kuatir Allah yang satu menjadi terpecah penganut-penganut Arianis memenyangkal bahwa Kristus adalah Putera, setara dengan Allah Bapa; mereka menganggap Kristus hanya sebagai yang utama di antara makhluk-makhluk lain seluruh alam ciptaan. Kaisar-kaisar penganut Arianisme mengangkat uskup-uskup penganut Arianisme. Tetapi, seperti janji Yesus, RohKudus memelihara iman orang-orang Kristen dan bidaah menghilang.
Setelah melihat bahwa semangat Gereja tidak lagi seperti komunitas-komunitas beriman pada zaman para martir, maka orang-orang Kristiani pada zaman itu mulai mengorganisir diri mereka ke dalam komunitas-komunitas yang berdisiplin keras dan banyak persyaratannya. Mereka merasa bahwa mereka harus memisahkan diri dari suatu gaya hidup yang serba enak untuk bisa mencari Allah dengan segenap jiwa mereka. Maka, pertama-tama di padang 'pasir Mesir, lalu di seantero dunia Kristen, ada pertapa-pertapadan rahib-rahib. Di dalam Gereja rahib-rahib memelihara cita-cita kehidupan yang sempuma, kehidupan yang sepenuhnya diserahkan kepada Kristus. Kehidupan bermati raga memberi mereka peluang untuk masuk sampai ke lubuk hati manusia. Dan Allah membalas mereka dengan memberi mereka pengalaman bahwa mereka telah dirobah atau diilahikan, sesuatu yang disiapkan untuk mereka yang telah meninggalkan segaJanya demi Kristus.
Dari Para Rasul Kepada Kita
Sumber : Kitab Suci Komunitas Kristiani (Edisi Pastoral Katolik)