H O M I L I
Mgr F.X Hadisumarta O.Carm
MISA NATAL SIANG/C/2012
Yes 52:7-10 Ibr 1:1-6 Yoh 1:1-18
PENGANTAR
Dalam Malam Natal tadi malam, Gereja mengajak kita merenungkan peristiwa kedatangan Allah menjadi manusia, yang terjadi di Betlehem di bumi kita ini. Sekarang dalam perayaan Ekaristi di pagi/siang hari ini kita diajak merenungkan latar belakang rahasia ilahi Natal, yaitu bagaimana Allah sampai sudi menjadi manusia. Injil Johanes yang akan kita dengarkan hari ini adalah suatu renungan yang ditulisnya sekitar 55-60 tahun sesudah Yesus wafat, bangkit kembali dan naik ke surga. Johannes berbicara tentang Yesus dengan bahasa simbolis rohani. Yesus di lihat sebagai firman atau sabda Allah dan sebagai terang atau cahaya. Yesus Kristus adalah Putera Allah yang ilahi namun juga manusiawi.
HOMILI
Injil Johanes mulai dengan kata-kata ini: “Pada awal mula adalah Firman. Firman itu ada bersama-sama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah. Firman itu pada mulanya bersama-sama dengan Allah” (Yoh 1:1-2). Dalam Injil Lukas 2:1-14 dalam misa tadi malam , Yesus sebagai Penyelamat dilihat dari segi situasi dan kondisi manusiawi dan duniawi-Nya. Sedangkan hari ini Yesus yang sama itu dilihat oleh Johanes dari segi ilahi martabat-Nya sebagai Firman, yang diakui sebagai Allah. Demikian Yesus sebagai Almasih dilihat dari dua segi yang begitu berbeda: dari keadaan ilahi dan dari keadaan insani/manusiawi. Menurut Injil Yohanes Yesus sebelumnya ada di “atas” atau di surga. Di sanalah Ia telah dilahirkan atau sudah dilahirkan secara kekal oleh Allah Bapa sebelum dunia imi ada. Sedangkan menurut Injil Lukas Yesus sebagai Putera Allah dilahirkan menjadi manusia untuk menebus umat manusia. Demikianlah ibaratnya, bahwa Yesus mengalami dua kelahiran: kelahiran ilahi abadi di surga, dan kelahiran yang manusiawi dan terbatas di bumi kita ini. Kedua kelahiran yang abadi dan yang terbatas waktunya itu oleh Johannes dilihat sebagai lambang pertentangan antara terang atau cahaya dengan kegelapan.
Johannes dalam Injilnya ingin menerangkan kepada kita, bahwa kita, umat manusia, karena kesalahan kita sendiri (bukan dari Allah!) memang berada dalam dunia kegelapan, sebagai lambang dunia dosa-dosa kita. Namun, di tengah kegelapan itu terbitlah terang atau cahaya, yaitu Yesus Kristus. Inilah yang oleh Johanes dikatakan: “Terang itu bercahaya di dalam kegelapan, tetapi kegelapan tidak menguasainya”. “Terang itu telah ada di dalam dunia, dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal Dia. Inilah gambaran keadaan dunia kita, baik keadaan dunia seluruhnya, atau di dunia masyarakat kita, tetapi juga di dunia hati kita masing-masing.
Pesan Injil Johannes kepada kita ialah, bahwa kita diajak bersyukur kepada Yesus Kristus, yang sebagai Putera Allah telah bersedia lahir menjadi manusia, yang sebagai cahaya atau terang akan menerangi perjalanan hidup kita, ditengah kegelapan dunia, khususnya di dalam dunia hati kita masing-masing. Kita pasti akan diselamatkan, kita pasti akan akan ditebus, apabila kita menempuh jalan hidup yang diterangi oleh cahaya-Nya.
Dalam kenyataan, kita ini kerapkali tidak menempun jalan yang disinari dengan cahaya Yesus. Kita justru sering lebih memilih jalan yang gelap, tanpa sinar Yesus, yaitu dengan berpikir dan melihat dengan pandangan yang sempit, bersikap sangat egosentris dan berbuat bertentangan dengan sikap pengabdian atau pelayanan kepada sesama kita.
Marilah dengan pesan Injil Johannes hari ini, kita merayakan Natal ini dengan bertekad mengambil sikap dasar dalam hidup kita sebagai orang kristiani agar supaya kita dcapat “diperanakkan bukan dari darah atau daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah”. Yesus Kristus, Putera Allah, sudi menjadi manusia seutuhnya seperti kita. Maka kita pun harus berani menempuh jalan hidup, yang disinari dengan cahaya Kristus, untuk dapat menjadi putera-puteri Allah yang sejati.
Mgr. F.X. Hadisumarta O.Carm.
kumpulan Homili Mgr. FX. Hadisumarta O.Carm