Kalender Liturgi hari ini
Kitab Hukum Kanonik
No. kanon: contoh masukan no kanon: 34,479,898-906
KITAB SUCI +Deuterokanonika
: - Pilih kitab kitab, masukan bab, dan nomor ayat yang dituju
Katekismus Gereja Katolik
No. : masukkan no. katekismus yang dikehedaki, misalnya 3, 67, 834 atau 883-901

Partner Link Website
Keuskupan, Paroki & Gereja

Partner Link Website Katolik & Umum

H O M I L I
Mgr F.X Hadisumarta O.Carm

Kamis Putih /B/2012

Kel 12:1-8. 11-14  1 Kor 11:23-26  Yoh 13:1-15

PENGANTAR
Dalam Pekan Suci ini kita memang diingatkan akan kesengsaraan dan  kematian Kristus. Tetapi sebagai keseluruhan kita mengikuti dan mengambil bagian dalam seluruh hidup-Nya, memang melalui penderitaan dan kema-tian, tetapi menuju kepada kemenangan-Nya, yakni kebangkitan-Nya. Injil Yohanes hari ini memang tidak membicarakan hal Perjamuan Malam Terakhir, melainkan lebih berceritera tentang pembasuhan kaki murid-murid-Nya. Dalam rangka “Tahun Ekaristi” yang sedang berlangsung di Keuskupan Agung Jakarta, umat kami ajak untuk makin mendalami makna Ekaristi bagi kita, umat sebagai Gereja, yaitu komunitas umat beriman.

HOMILI
          Petang hari ini marilah kita sungguh merasakan betapa berharga dan luhur pemberian diri Yesus kepada kita di dalam Ekaristi. Seperti ditegaskan oleh Paulus dalam Bacaan II, pada meja perjamuan Ekaristi kita menerima Yesus sendiri. Sedangkan dalam Injil Yohanes kita melihat Yesus berlutut dengan rendah hati untuk membasuh kaki murid-murid-Nya. Karena itu pada perayaan Ekaristi ini kita semua melihat dan bertemu dengan Yesus seutuhnya. Dalam Bacaan-Bacaan hari ini kita dapat melihat suatu gambaran tentang bagaimana Gereja, umat kristiani, yaitu kita semua ini, sebenarnya  harus tahu bagaimana sikap hidup dan perbuatan kita, yang harus kita ambil terhadap Yesus dan sesama kita.

          Ada dua hal yang ingin disampaikan Injil Yohanes dan surat Paulus kepada umat di Korintus: pembasuhan kaki dan Ekaristi. Sebelum makan sehari-hari pun orang Yahudi harus cuci tangan, apalagi untuk perjamuan makan Paskah. Kakinya pun harus dibersihkan, akan setiap orang sungguh bersih dan pantas berhimpun untuk makan hidangan Paskah Yahudi. Pada malam hari, dalam perjamuan malam terakhir, menjelang saat-saat Ia akan memasuki pergulatan batin, penderitaan dan kematian-Nya, Yesus mau menghidangkan bukan sekadar roti dan anggur biasa, melainkan tubuh dan darah-Nya sendiri. Agar murid-murid-Nya sungguh tahu dan sadar akan makna perjamuan malam terakhir itu, maka Yesus mengingatkan mereka akan kebutuhan mutlak, yang harus mereka penuhi, yaitu kebersihan hati. Karena itulah Yesus langsung bertindak membasuh kaki murid-murid-Nya.

          Di sini tampaklah hubungan sangat erat antara kemurnian hati dan Ekaristi. Bila kita mau menerima Ekaristi, yang adalah Yesus sendiri, maka kita harus berada dalam kondisi batin yang sungguh bersih, tanpa pamrih, tanpa pertentangan, tanpa perhitungan. Kondisi batin pantas yang kita perlukan ditunjukkan  oleh Yesus sendiri. Meskipun Ia Guru, Ia membasuh kaki murid-murid-Nya sendiri. Hanya orang yang dibersihkan oleh-Nya sendiri, patut dan layak menerima Tubuh dan Darah-Nya. Kesombongan diri dalam bentuk apapun selalu berarti menolak kasih Allah. Bukankah Yesus mengingatkan kita, bahwa kebesaran atau keagungan diri yang sebenarnya adalah kerendahan hati. Mau dan sanggupkah kita membasuh kaki sesama kita? Apakah kita menganggap diri kita lebih tinggi dari pada Yesus, dan menolak membasuh kaki sesama kita?

          Pemberian dan pengorbanan diri Yesus sebagai Penyelamat kita pada perjamuan malam terakhir dimulai dengan pembasuhan kaki, dan dilanjutkan dengan pemberian diri sebagai makanan. “Tuhan Yesus, pada malam Ia diserahkan, mengambil roti, dan setelahmengucap syukur atas-nya, Ia memecah-mecahkan roti itu seraya berkata: ‘Inilah Tubuh-Ku, yang diserahkan bagimu; perbuatlah ini untuk mengenangkan Daku’. Demikian juga Ia mengambil cawan sesudah makan, lalu berkata:’Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan dalam darah-Ku. Setiap kali kamu meminumnya, perbuatlah ini untuk mengenangkan Daku’”.

          Sebelum memberikan diri-Nya sendiri dalam perjamuan, Yesus mengampuni semua murid-Nya, termasuk Yudas yang mengkhianati-Nya! Mengapa? Karena Ia mengasihi setiap orang sampai akhir sehabis-habisnya.

Yesus berkata: “Aku telah memberikan suatu teladan kepadamu, supaya kamu juga berbuat seperti yang telah Kuperbuat padamu”.

          Di tengah masyarakat  kita dewasa ini, di mana perbedaan-perbedaan semakin tampak: lemah lembut dan kasar, kaya dan miskin, adil dan tidak adil, merasa diri penting dan rendah hati, rela mengampuni dan rasa benci serta dendam, - semua ini adalah hambatan untuk menerima Ekaristi secara pantas! Ekaristi yang adalah Yesus yang satu dan sama, menyatukan semua orang yang mau saling menerima. Tetapi kita hanya pantas menerima Yesus dalam Ekaristi, apabila kita sanggup dengan rendah hati membasuh kaki sesama kita. Tiada Ekaristi sejati tanpa pembasuhan kaki.

Mgr. F.X. Hadisumarta O.Carm.

kumpulan Homili Mgr. FX. Hadisumarta O.Carm

Diperkenankan untuk mengutip sebagian atau seluruhnya isi materi dengan mencantumkan sumber http://www.imankatolik.or.id/