Kalender Liturgi hari ini
Kitab Hukum Kanonik
No. kanon: contoh masukan no kanon: 34,479,898-906
KITAB SUCI +Deuterokanonika
: - Pilih kitab kitab, masukan bab, dan nomor ayat yang dituju
Katekismus Gereja Katolik
No. : masukkan no. katekismus yang dikehedaki, misalnya 3, 67, 834 atau 883-901

Partner Link Website
Keuskupan, Paroki & Gereja

Partner Link Website Katolik & Umum

H O M I L I
Mgr F.X Hadisumarta O.Carm

HARI MINGGU BIASA XXVII/C/2019

Hab 1:2-3;2:2-4; 2 Tim 1:6-8. 13-14; Luk 17:5-10;

PENGANTAR
    Di dalam Lukas (17:5-10) pada Hari Minggu ini murid-murid Yesus mengajukan permohonan kepada Yesus : "Tuhan, tambahkanlah iman kami!" Kita sebagai murid-murid Yesus sekarangpun, yang hidup dalam masyarakat dunia dewasa ini yang terus berkembang, baik secara positif maupun negatif, juga perlu mengulangi permohonan para pengikut Yesus duapuluh abad yang lalu. Hidup di tengah perubahan keadaan dunia ini yang begitu cepat, kita sungguh membutuhkan suatu kepastian iman kristiani yang benar dan kokoh sehingga selalu bertahan.

HOMILI
    Sejak dilahirkan sampai mati dipanggil Tuhan, dalam hidup kita dalam masysrakat apapun kita ini, baik secara perorangan maupun bersama orang lain, harus tahu dan sadar bahwa kita ini tidak berada sendirian, melainkan hidup dalam suatu komunitas. Misalnya komunitas keluarga, lingkungan, kelompok kerja, biara dan aneka bentuk lainnya. Dalam kesatuan komunitas itu adalah perbedaan dan kelainan. Ada perbedaan usia, karakter, pandangan, sikap, kata dan perbuatan. Maka dalam mengalami hidup berkomunitas itu kita harus sadar, bahwa kita mau atau tidak mau berhadapan dengan sesama manusia, namun juga selalu berhadapan dengan Tuhan. Kita bertanggung jawab baik kepada sesama kita, namun sekaligus terutama juga kepada Allah. Sikap, kata atau perbuatan buruk orang dewasa akan mudah menjadi batu sandungan bagi sesama, khususnya bagi kaum muda.

    Para murid Yesus dahulu sadar akan pengalaman kelemahan hidup mereka sendiri sebagai suatu realitas, karena itu mereka mohon: "Tuhan, tambahlah, teguhkanlah iman kami!". Kita pun sekarang ini mengalami hal yang sama dalam hidup kita secara pribadi maupun dalam hubungan dengan orang lain. Kita mohon kepada Tuhan, agar iman kita diteguhkan. Dan Yesus menjawab murid-murid-Nya dengan suatu perumpamaan tentang kekuatan iman. Iman diumpakan sebagai biji sawi. Begitu kecil tetapi mempunyai daya begitu besar, sampai mampu mencabut dan memindahkan pohon ara. Dalam perumpamaan ini Yesus bukan mengatakan bahwa murid-murid-Nya tidak memiliki iman, ttapi Ia menghendaki agar mereka selalu menghayatinya sepenuhnya. Mereka memang sudah memiliki iman, namun masih terbatas dan dangkal. Maka harus terus diperkuat. Iman yang benar, mendalam dan teguh menentukan nasib hidup kita di hadapan Tuhan dalam pergaulan dengan sesame kita.

    SDi dalam nasihat Injil Lukas pada Hari Minggu yang ini, Yesus masih memberi keterangan tentang relasi atau hubungan antara tuan dan hamba. Corak hubungan yang diterangkan Yesus ini jarang terdapat dalam budaya-budaya lain, juga tidak diketemukan di aneka kebudayaan bangsa kita! Isi pokok ajaran Yesus ialah: Kita adalah hanya hamba! Kiranya para rasul pasti masih ingat akan ajaran Yesus tersebut dalam mewartakan Kabar Gembira kepada segala bangsa. Para rasul pasti ingat akan nasihat Yesus ini : "Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna. Kami hanya melalukan apa yang harus kami lakukan".

    Diingatkan akan ajaran Yesus itu, maka kita semua secara jujur harus menjawab pertanyaan ini : "Apakah aku ini, baik secara pribadi maupun bersama-sama telah melakukan tugasku seperti seharusnya dan sesuai dengan tujuannya? Apakah yang harus kulakukan sekarang ini. Sumber apa dan kekuatan apa yang harus kumiliki dan kupegang teguh? Ternyata tidak ada tempat maupun waktu ataupun kesempatan, di mana seorang murid Yesus sejati dapat atau boleh berkata: "Aku telah melaksanakan tugas pelayananku, maka sekarang ini aku ingin dan minta supaya dilayani".

    Pertanyaan dan tanggapan/jawaban seperti itu memang berlaku untuk setiap orang.Tetapi pertama-tama untuk setiap orang yang mempunyai tugas memimpin. Khususnya justru untuk tugas memimpin umat. Mengapa? Permohonan, peningkatan, perkembangan, penguatan iman umat jangan sampai menggoda para rasul atau pemimpin apapun lainnya, dengan harapan agar dengan bertambahnya iman akan menghasilkan tambahan kenaikan kedudukan, sehingga peranan dan kedudukannya sebagai pelayan berhenti, dan diharapkan berganti menjadi peranan dan kedudukan orang yang dilayani. Para rasul dan semua pemimpin harus selalu ingat dan melaksanakan perintah Yesus kepada murid-muridNya. Dari sebab itu entah di manapun kita berada, kedudukan kita sebagai pelayan atau hamba harus selalu tetap sebagai pelayan atau hamba di depan Tuhan bagi sesama. Kita diingatkan akan tradisi Gereja, yang menyebut Paus sebagai Wakil Kristus di dunia Sebagai "Servus servorum Dei", Hamba segala hamba Allah.

Mgr. F.X. Hadisumarta O.Carm.

kumpulan Homili Mgr. FX. Hadisumarta O.Carm

Diperkenankan untuk mengutip sebagian atau seluruhnya isi materi dengan mencantumkan sumber http://www.imankatolik.or.id/