Kalender Liturgi hari ini
Kitab Hukum Kanonik
KITAB SUCI +Deuterokanonika
: - Pilih kitab kitab, masukan bab, dan nomor ayat yang dituju
Katekismus Gereja Katolik
No. : masukkan no. katekismus yang dikehedaki,( 67, 834 / 883-901)
SEJARAH PAUS

Ensiklik & Surat Paus

Dokumen KV 2

No: masukkan no. yang dikehedaki - 0 (nol) untuk melihat daftar isi-(catatan kaki lihat versi Cetak) 

Sepuluh Perintah Allah

    1. Jangan menyembah berhala, berbaktilah kepadaKu saja, dan cintailah Aku lebih dari segala Sesuatu
    2. Jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan tidak hormat
    3. Kuduskanlah hari Tuhan
    4. Hormatilah ibu-bapamu
    5. Jangan membunuh
    6. Jangan berzinah
    7. Jangan mencuri
    8. Jangan bersaksi dusta tentang sesamamu
    9. Jangan mengingini istri sesamamu
    10. Jangan mengingini milik sesamu secara tidak adil

    Sumber : Puji Syukur no 1
    Nihil Obstat : Dr. A.M Sutrisnaatmaka, M.S.F
    Imprimatur : BI Pujaraharja

==========================

Musa Arti nama : Orang yang diambil dari air
Orang tua : Amran(ayah), Yokhebed(ibu)
Istri : Zipora, anak Yitro (Rehuel
Anak : Gersom dan Eliezer
Saudara : Harun (♂♀), Miryam (♀)
Pekerjaan : Pengantara Allah, Pemberi
Hukum, Nabi Pemimpin Bangsa
Tempat Lahir : Gosyen, Mesir ( 1527SM)
Tempat Wafat : Gunung Nebo, Moab
(Yordania modern) (1407SM)
Usia : 120
lahir di Mesir, ~1527SM
meninggal di Gunung Nebo, dataran Moab, tepi timur Sungai Yordan,~ 1407SM pada umur 120 tahun) :
seorang pemimpin, nabi orang Israel yang menyampaikan Hukum Taurat dan menuliskannya dalam Pentateveh / Pentateukh (Lima Kitab Taurat) dalam Alkitab Ibrani dan PL di Alkitab Kristen.
Ia ditugaskan untuk membawa Bani Israelkeluar dari Mesir. 

Sepuluh Perintah Allah, bahasa Latinnya Dekalog (δέκα λόγοι) merupakan sepuluh perintah yang ditulis oleh Tuhan dan diberikan kepada bangsa Israel melalui perantaraan Musa di gunung Sinai dalam bentuk dua Loh batu. Sepuluh perintah Allah, bisa dibaca di kitab Keluaran 20:1-17 dan Ulangan 5:6-21 adapun penomoran sepuluh perintah Allah (Versi Katolik) adalah menurut penomoran St Agustinus.

Kehidupan Musa Segera Setelah Dewasa Tidak Dicatat Dalam Alkitab, Tetapi Tercatat Dalam Karya Dari Seorang Sejarawan Yahudi, Artapanus, Yang Menulis "Peri Iudaion" Pada Akhir Abad Ke-3 Sm, Yang Dilestarikan Dalam Tulisan Sejarawan Kristen, Eusebius Antara Lain: Pangeran Musa ("Mousos") diadopsi oleh putri 'Merris', anak perempuan Firaun Palmanothes, yang kemudian menikah dengan Firaun Khenephrês (= Sobekhotep IV), "yang menjadi raja atas wilayah di seberang Memphis, karena pada zaman itu ada banyak raja di Mesir."

Setelah dewasa, pangeran Musa mengatur negeri itu untuk Firaun henephrês dan menjadi terkenal di kalangan rakyat Mesir. Pangeran Musa memimpin peperangan melawan orang Etiopia yang menyerang Mesir, selama 10 tahun. Peristiwa ini juga dicatat oleh sejarawan Yahudi-Romawi Flavius Yosefus (37-100 M).

Ketika kembali dan membawa kemenangan Firaun Khenephrês berupaya membunuhnya karena cemburu atas keberhasilan Musa, tetapi Musa "lari ke Arabia dan hidup dengan Raguel, penguasa daerah itu, dan menikahi putrinya."

Sepuluh Perintah Allah merupakan rangkaian perintah moral dan religius yang diakui sebagai suatu landasan moral dalam beberapa agama Abrahamik, termasuk Katolisisme, Menurut deskripsi dalam Kitab Keluaran.

Perintah-perintah ini ditampilkan pertama kali dalam Kitab Keluaran yang di dalamnya dikisahkan bahwa Musa, bertindak atas perintah dari Allah, membebaskan suku Israel dari perbudakan fisik di Mesir. Menurut ajaran Gereja, Allah menawarkan suatu perjanjian— yang mencakup Sepuluh Perintah Allah—untuk membebaskan mereka juga dari "perbudakan spiritual" dosa. ("peristiwa sentral dalam sejarah Israel kuno“)

Perintah Allah ini merupakan bagian dari perjanjian yang ditawarkan Allah kepada suku Israel untuk membebaskan mereka dari perbudakan dosa.
Menurut Katekismus Gereja Katolik—uraian resmi dari keyakinan Kristiani Gereja Katolik—Perintah Allah ini dipandang penting untuk pertumbuhan dan kesehatan rohani yang baik,serta berfungsi sebagai dasar keadilan sosial Katolik.

Tinjauan ke Sepuluh Perintah Allah merupakan salah satu cara paling umum dalam pemeriksaan batin yang dilakukan oleh umat Katolik sebelum menerima Sakramen Tobat. Sepuluh Perintah Allah dibahas dalam tulisan- tulisan Gereja yang paling awal, Katekismus menyatakan bahwa Sepuluh Perintah Allah telah "menempati suatu tempat utama" dalam pengajaran iman sejak zaman Agustinus dari Hippo (tahun 354 - 430 M)

Gereja belum memiliki standar resmi untuk pengajaran keagamaan hingga Konsili Lateran IV pada tahun 1215; bukti-bukti mengemukakan bahwa Perintah ini digunakan pada pendidikan Kristen dalam Gereja perdana. Ajaran Gereja mengenai Sepuluh Perintah Allah utamanya didasarkan pada Perjanjian Baru dan Lama serta tulisan-tulisan para Bapa Gereja awal.

Dalam Perjanjian Baru, Yesus mengakui keabsahannya dan menginstruksikan para murid Nya untuk berbuat lebih jauh, menuntut suatu kebajikan melebihi yang dipegang oleh ahli kitab dan kaum Farisi Sepuluh Perintah Allah menginstruksikan semua orang agar menjalin hubungan dalam kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama sesuai rangkuman oleh Yesus dalam “Dua Perintah yang Utama”