Kalender Liturgi hari ini
Kitab Hukum Kanonik
No. kanon: contoh masukan no kanon: 34,479,898-906
KITAB SUCI +Deuterokanonika
: - Pilih kitab kitab, masukan bab, dan nomor ayat yang dituju
Katekismus Gereja Katolik
No. : masukkan no. katekismus yang dikehedaki, misalnya 3, 67, 834 atau 883-901

Partner Link Website
Keuskupan, Paroki & Gereja

Partner Link Website Katolik & Umum

H O M I L I
Mgr F.X Hadisumarta O.Carm

MINGGU PRAPASKAH IV/B/2012

2 Taw 36:14-16.19-23; Ef 2:44-10; Yoh 3:14-21


PENGANTAR

          Injil Yohanes hari ini berceritera tentang wawancara mendalam yang diselenggarakan antara Yesus dan Nikodemus, dua tokoh keagamaan atau tokoh rohani tingkat tinggi. Nikodemus datang menjumpai Yesus malam hari. Ia termasuk Sanhedrin, Dewan Agung Agama Yahudi. Jadi sungguh merupakan salah satu percakapan sangat berharga dalam Perjanjian Baru antar dua tokoh keagamaan. Marilah kita mencari makna pesan ceritera Injil hari ini, untuk kemudian kita gunakan untuk  meninjau kembali hidup keagamaan kita sebagai murid Yesus di zaman kita sekarang ini.

HOMILI
          Dalam hidup beragama, mengenal dan sungguh percaya kepada Allah bukan hanya bertujuan untuk sekadar mengetahui atau menambah pengetahuan tentang Allah, melainkan juga harus mau membuat diri kita lebih rendah hati, untuk menangkap, memahami dan melaksanakan kehendak atau perintah Allah. Dalam bagian  Injil yang mendahului  petikan Injil, yang kita dengar hari ini (ay.14-31) Yesus berkata kepada Nikodemus: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah” (ay.3). Nikodemus orang yang sudah tua, sangat terpelajar, anggota Sanhedrin, meskipun mengetahui adanya Yesus ternyata ia belum sungguh mengenal Dia. Agar tidak dicurigai orang-orang, maka pada malam hari ia mengunjungi Yesus. Ia ingin mengenal Yesus. Tetapi Yesus justru mengatakan kepadanya: “Kamu harus dilahirkan kembali” (ay.7).

          Maka supaya Nikodemus mengenal Diri-Nya dengan baik, Yesus menggunakan ceritera Perjanjian Lama tentang umat Israel di padang pasir, yang menghadapi bahaya ular-ular tedung, yang gigitannya mematikan orang (Bil 21:4-9). Karena itu Musa membuat ular dari tembaga sebagai tanda , dan menggantungnya di atas tiang. Bila ada orang dipagut/digigit ular, tetapi melihat kepada ular tembaga itu, maka ia tetap hidup. Yesus juga tergantung di tiang salib. Maka setiap orang yang menderita berat, yaitu berdosa, tetapi memandang kepada Yesus di salib akan diselamatkan.

          Apakah gerangan pesan atau ajaran, yang disampaikan kepada kita dalam percakapan antara Nikodemus dan Yesus?  Dalam diri Nikodemus itu, kita semua, terutama siapapun yang merasa dirinya sebagai orang hebat, pandai, terpelajar, berjasa, berkedudukan tinggi, kaya, terkenal atau apapun lainnya, bahkan di bidang keagamaan, - semua ini mencerminkan keadaan batin seperti Nikodmus! Bagaimana  Nikodemus memahami perumpamaan yang disampaikan Yesus, bahwa ia harus dilahirkan  kembali, jikalau ia mau memasuki Kerajaan Allah yang diwartakan Yesus? Ia merasa sudah tua, telah sangat berpengalaman, ia adalah orang beragama tinggi, anggota Sanhedrin. Bagaimana harus dilahirkan kembali? Yang dimaksudkan ialah kelahiran kembali rohani.

          Bukankah kesukaran Nikodemus ini juga merupakan kesukaran kita, terutama siapapun yang merasa berkedudukan tinggi, yang merasa tahu banyak?  Dapatkah aku ini sungguh mengenal Yesus dengan baik? Ataukah aku hanya mengetahui banyak ilmu agama tentang Yesus, aku hafal seluruh Kitab Suci, teologiku sangat bermutu dan ilmiah. Bukankah aku ini seperti Nikodemus? Kukenalkah Yesus seutuhnya? Apakah Dia itu dekat dengan aku?  Apakah  aku  ini hanya  seseorang  yang  memang secara  resmi   sudah  dibaptis? Konsekuenkah aku mengikuti Dia dengan sungguh?

Bagaimana sikap Nikodemus selanjutnya? Sesudah mendengarkan keterangan Yesus dalam percakapannya di malam hari, selanjutnya ia dapat melihat dan mengalami sendiri apa yang dilakukan Yesus sehari-hari. Tetapi terutama ketika ia meyaksikan sendiri apa yang diderita dan dialami Yesus, barulah ia sungguh mengenal Yesus. Sebab kemudian dalam suatu perde-batan di kalangan orang-orang Farisi dan imam-imam kepala, yang menye-rang Yesus,  Nikodemus mempertahankan Dia (Yoh 7:51). Dan ketika Yesus mati di salib, untuk upacara pemakaman-Nya Nikodemus “membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu, kira-kira lima puluh kati beratnya” (Yoh 19:39). Inilah teladan proses iman yang bergembang dan menjadi dewas. Sekadar mengetahui tentang Yesus memang lain dari pada sungguh-sungguh mengenal Yesus.

Seperti kepada Nikodemus, sekarang pun Injil Yohanes mau menyampaikan kepada kita pesannya ini. Ular yang tergantung di tiang dan Yesus tergantung di salib menggambarkan dosa-dosa manusia. Tetapi di balik gambaran dosa manusi itu digambarkan juga besarnya kasih Allah, yang mau menyelamatkan kita dari kematian dosa. Begitu besar kasih Allah kepada kita. Seperti Nikodemus, marilah kita makin mengenal dan makin erat bergaul dengan Allah dalam diri Yesus Kristus. Bukan hanya mengetahui sesuatu tentang Yesus, melainkan mengenal Dia, makin dekat dengan Dia. Bersatu dengan Dia. Kita harus makin menyadari makna kasih Yesus yang tergantung di tiang salib kepada kita.

Mgr. F.X. Hadisumarta O.Carm.

kumpulan Homili Mgr. FX. Hadisumarta O.Carm

Diperkenankan untuk mengutip sebagian atau seluruhnya isi materi dengan mencantumkan sumber http://www.imankatolik.or.id/