Menyimak dan Mengkritisi
Film The Messiah
Oleh:
F.X. Didik Bagiyowinadi, Pr
Hal III (terakhir)
Maria Magdalena saudari Lazarus?
Kemudian divisualkan Maria Magdalena mendatangi Yesus di rumah Nikodemus dan mengabarkan bahwa Lazarus, saudara satu-satunya, meninggal. Maka Yesus pun segera berangkat.
Sekali lagi di sini film The Messiah menampilkan kerancuan penokohan, dimana Maria Magdalena disamakan dengan Maria Betania (Yoh 11:1). Maria Magdalena itu artinya Maria dari kota Magdala, atau Magadan, tak jauh dari Danau Galilea. Lebih masuk akal Yesus dari Yerusalem berjalan kaki menuju Betania yang berjarak 11 KM dari Yerusalem. Lebih lanjut tentang beberapa kesalahan geografis dalam ‘injil’ Barnabas dapat disimak dalam tulisan kami lainnya.
Rumusan Doa untuk Lazarus
Adegan berikutnya Yesus membangkitkan Lazarus yang telah empat hari dibaringkan dalam kubur. Menarik bahwa dalam doa sebelum memanggil Lazarus dari kubur, Yesus menyapa Tuhan dengan “Allah Ibrahim, Ishak, dan Ismail”; suatu rumusan yang tidak dikenal dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Alkitab menyebut Yahwe-Tuhan sebagai “Allah Abraham, Ishak, dan Yakub.” (Misal Kel 3:6; Mat 22:32; Mark 12:26; Kis 3:13). Nama lain Yakub adalah Israel. Dengan demikian mau dikatakan Allah bangsa Israel (keturunan Yakub) adalah juga Allah dari ayah mereka (Allah Yakub), Allah dari kakek mereka (Allah Ishak) dan juga Allah dari kakek-buyut mereka (Allah Abraham). Alkitab tidak pernah menyebut bahwa Yahwe-Tuhan juga merupakan Allah Esau (‘paman’ bangsa Israel) ataupun Allah Ismail (‘kakek tiri’ bangsa Israel).
Akibat mukjizat Lazarus dihidupkan kembali, banyak orang menjadi percaya pada Yesus. Lalu divisualkan adegan Yesus memasuki kembali kota Yerusalem dengan lambaian daun palma dan melewati hamparan pakaian sepanjang jalan. Tetapi dalam film ini Yesus tidak naik keledai, tetapi berjalan kaki dengan memegang tongkatnya.
Pembunuhan Lazarus
Dikisahkan selanjutnya bahwa Lazarus yang telah dihidupkan kembali itu sungguh menjadi saksi hidup atas kuasa Yesus. Karena Lazarus terus menceritakan mukjizat yang dialaminya, para pemimpin Yahudi pun berusaha membungkam Lazarus dengan membunuhnya. Untuk itu, dikisahkan dalam film ini mereka memanfaatkan seorang Farisi muda yang pandai, murid Gamaliel, dan berkewarganegaraan Romawi. Pemuda ini tak lain adalah Saul. Divisualkan kemudian bagaimana Saul menikam Lazarus sampai mati dan keluarga Lazarus pun meratapinya.
Adegan ini agaknya bertitik tolak dari Yoh 12:9-11 yang menuturkan kesepakatan orang Yahudi untuk membunuh Lazarus juga. Tetapi seperti kisah chaos oleh orang Zelot, sekali lagi film ini melampaui fakta. Pertama, Injil kanonik tidak menyebut pembunuhan Lazarus. Kedua, tokoh Saul yang kelak bernama Paulus baru mulai disebut dalam Perjanjian Baru sebagai saksi pembunuhan atas Stefanus (Luk 8:1a) dan dilanjutkan dengan perannya mengejar pengikut Kristus untuk ditangkap dan dijebloskan dalam penjara (bdk. Kis 8:3; 9:13-14).
Kesan saya, film ini begitu mudahnya menampilkan adegan pembantaian kepada para pengikut Kristus oleh orang Yahudi, baik oleh kaum Zelot maupun Saul. Suatu penafsiran dan imajinasi yang berlebihan. Benar memang Yesus mati disalibkan karena persekongkolan jahat pemimpin Yahudi, Stefanus juga mati dirajam, karena keduanya dituduh telah terang-terangan menghujat Tuhan. Tetapi para pengikut Kristus lainnya lebih lazim dikucilkan oleh orang Yahudi (Yoh 9:22; 12:42). Setelah itu memang akan tetap ada penganiayaan dari orang Yahudi maupun kekaisaran Romawi terhadap pengikut Kristus, namun kejadiannya tidak terjadi sebelum Yesus disalibkan. Bahwa menjadi murid Kristus itu risikonya akan dianiaya, juga sudah dinubuatkan sebelumnya oleh Yesus sendiri (Yoh 16:2). Menurut saya tidaklah masuk akal bagi seorang tokoh Farisi muda sesaleh Saul (bdk. Gal 3:14), begitu mudahnya membunuh seorang Lazarus (pelanggaran Sepuluh Perintah Allah; dan sesuai hukum talionis dia bisa dituntut balik – Im 24:16.20). Jadi, imajinasi dalam film ini sangat dipaksakan. Agaknya film ini sengaja mau memberikan kesan negatif terhadap tokoh Saul.
Jebakan untuk doktrin Yesus tentang belas kasih
Selanjutnya dituturkan kisah perempuan yang kedapatan berzinah dan dihadapkan kepada Yesus, sebuah jebakan apakah Yesus melawan hukum Musa untuk merajam wanita yang kedapatan berzinah atau akan bertentangan dengan ajarannya sendiri tentang belas kasih Allah.
Perbedaan yang mencolok dengan Yoh 7:53-8:11 adalah Yesus tidak menulis di tanah (bdk. 8:6.8), melainkan membuat garis membentuk persegi panjang di lantai, lalu terbentuklah cermin. Kemudian Yesus mempersilakan mereka yang mau merajam agar bercermin dulu, dan siapa yang merasa tidak berdosa boleh melemparkan batu yang pertama. Maka si Pendakwa wanita itu segera menuju cermin di lantai buatan Yesus itu, lalu tampaklah di cermin wajahnya menjadi burung (atau Iblis maksudnya?) sehingga kemudian dia pun menjadi gila. Teman-temannya yang lain pun tidak berani mencoba bercermin. Akhirnya wanita itu selamat dari hukuman rajam.
Hujat siapakah yang dipersembahkan Abraham?
Pada hari pembantaian domba Paskah, di halaman Bait Allah para pemimpin Yahudi berdebat dengan Yesus. Yesus menuduh mereka berusaha untuk membunuh-Nya. Sikap tegas Yesus ini membuat mereka marah. Tapi Yesus menantang mereka untuk menunjukkan dosa yang telah dilakukan-Nya sehingga mereka sedemikian membenci dia. Kata-Nya, “Kalau kalian menuduh aku bersalah, namun tidak bisa menunjukkan buktinya, kalian bukanlah anak-anak Abraham. Sebab demikianlah Abraham mengasihi Allah, bukan hanya dengan menghancurkan berhala-berhala, tetapi juga rela hendak menyembelih anaknya demi ketaatan kepada Allah”.
Maka mereka pun bertanya lebih lanjut, “Siapakah anak Abraham yang kamu maksudkan itu, Ishak leluhur kita ataukah Ismail leluhur orang Arab?” Dan Nabi Isa pun menegaskan, “Kukatakan sesungguhnya, anak Abraham yang dipersembahkan itu adalah Ismail, darinya akan dilahirkan Messiah yang dijanjikan kepada Abraham. O, bangsa Israel, Aku adalah utusan Allah bagimu untuk menggenapkan Taurat sebelum aku dan menyampaikan kabar gembira tentang seorang Utusan setelah aku yang akan bernama Ahmad!”
Jawaban Yesus itu membuat mereka semua marah. Jawabannya dianggap sebagai suatu hujatan terhadap tradisi dan keyakinan bangsa Israel. Maka mereka pun mulai melemparinya dengan batu. Untung, Yesus masih bisa menyelamatkan diri.
Dalam Injil kanonik pun, Yesus dituduh menghujat, tapi bukan dengan tuduhan seperti dalam film The Messiah ini, melainkan karena membenarkan dakwaan bahwa Dia adalah Mesias, Anak Allah yang hidup (Mat 26:23-66). Dia dianggap telah menyamakan diri-Nya dengan Allah (Yoh 10:33) dan berani mengampuni dosa manusia (Mat 9:6). Inilah alasan mendasar yang membuat para pemimpin Yahudi merasa berang karena pengakuan diri Yesus bertentangan dengan monoteisme iman Yahudi.
Sementara debat yang diusung film The Messiah ini yang membuat Yesus dianggap menghujat, terasa agak janggal. Pertama, seluruh Sejarah Keselamatan yang termaktub dalam Alkitab hanya berbicara tentang bangsa Yahudi sebagai umat pilihan, dimana segala bangsa akan berduyun-duyun menyembah dan membawa upeti bagi Tuhan Allah Israel (bdk. Yes 2:2-3; Mzm 72:10-11). Demikian pula dengan para nabi, hanya muncul dari tengah bangsa Israel sendiri. Kata Nabi Musa, “Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan” (Ul 18:15). Maka sungguh aneh bagi logika berpikir tradisi Yahudi-Kristiani, bila akan muncul nabi dari luar bangsa Yahudi. Memang Yunus diutus untuk mempertobatkan bangsa kafir di kota Ninive, namun tidak pernah sebaliknya, seorang nabi bangsa lain muncul untuk mewartakan pesan Tuhan bagi bangsa Yahudi.
Demikian pula soal perdebatan siapa yang sesungguhnya dipersembahkan oleh Abraham, logika berpikir Alkitabiah jelas hanya Ishak sebagai anak terjanji dari istri sah dan merdeka (bdk. Kej 17:19; 22:2, Gal 4:28-31). Banyak nabi Perjanjian Lama menubuatkan datangnya Mesias, yang berasal kaum keturunan Yehuda (bdk. Kej 49:10) dan akan mengokohkan takhta raja Daud (2Sam 7:13). Jadi klaim akan munculnya Mesias dari luar garis keturunan Daud, apalagi di luar bangsa Israel (keturunan Yakub), jelas tidak mempunyai pendasaran dalam nubuat para nabi Perjanjian Lama. Demikian pula Yohanes Pembaptis (Nabi Yahya) dengan tegas menunjukkan bahwa Yesus inilah Anak Domba Allah yang akan menghapus dosa dunia (Yoh 1:35).
Menjelang Perjamuan Terakhir
Para pemimpin Yahudi sepakat untuk membunuh Yesus atas hujat yang telah diucapkannya. Maka Kayafas menemui Pilatus untuk bersekongkol menghukum mati Yesus. Karena tawaran bargaining dengan perbendaharaan di Bait Allah, Pilatus menyetujui persekongkolan jahat itu. Sekali lagi di sini ditampilkan bagaimana pemerintah penjajah Romawi terlibat langsung dalam pembasmian gerakan Yesus.
Adegan berikutnya, di tengah jalan Yesus berpesan kepada para murid yang akan ditinggalkannya. Namun Dia akan mengirimkan Penghibur dari Tuhan sendiri, yakni Roh kebenaran yang akan menjadi saksi tentang Yesus dan mengingatkan mereka akan segala sesuatu yang SUNGGUH telah diajarkan-Nya.
Agaknya perkataan Yesus ini bertitik tolak dari Yoh 14 dan 16. Teks Yoh 14:26, “Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.” Jadi, Penghibur ini berperan mengingatkan para murid akan segala perkataan Yesus, bukannya mengandaikan adanya “kesesatan” sehingga perlu tahu apa yang “Sungguh” diajarkan Yesus seperti pernyataan dalam film The Messiah.
Dalam adegan selanjutnya divisualkan Yesus sedang makan bersama para murid-Nya, lalu datanglah Maria Magdalena dengan membawa minyak wangi dan mulai mengurapi kepala Yesus. Tindakan ini mendapat protes dari Yudas Iskariot. Yudas kemudian dengan sembunyi-sembunyi menemui Kayafas dan pemimpin Yahudi untuk menyerahkan Yesus dengan imbalan 30 keping perak.
Perjamuan Terakhir Tanpa Dialog
Selanjutnya film The Messiah secara singkat menampilkan adegan perjamuan malam terakhir, mulai dari perjamuan bersama, pembasuhan kaki, dan akhirnya para murid tertidur semua di ruang perjamuan. Sama sekali tidak ditampilkan dialog pada kesempatan ini, padahal dalam Injil Yohanes misalnya, perjamuan malam terakhir sampai penangkapan Yesus di taman Getsemani dikisahkan dari bab 13 sampai 17. Pembicaraan pada perjamuan Malam terakhir yang memuat perintah untuk saling mengasihi dan mengadakan perjamuan untuk mengenangkan Yesus, tidak disebut sama sekali.
Selanjutnya, para murid, kecuali Yudas Iskariot yang masih menemui para pemimpin Yahudi, tertidur pulas di ruang perjamuan itu juga. Adegan berikutnya adalah dua versi ending yang berbeda.
Versi Penyaliban ala Kristen
Menarik mencermati beberapa detail yang berbeda antara adegan film The Messiah dengan kesaksian Injil Kanonik. Pertama, dalam film ini prajurit Romawilah yang menangkap Yesus di rumah tempat perjamuan malam terakhir di saat para murid-Nya sudah tertidur. Kedua, dari tempat perjamuan Yesus langsung dibawa ke Kayafas, kemudian ke Pilatus. Ketiga, Pilatus mengajak Yesus berdialog, namun karena Yesus tetap bungkam, akhirnya ditanyai, “Kamu memang ingin dibunuh, disalibkan?” Karena tiada jawaban dari Yesus, Dia pun segera disesah, lalu memanggul salibnya ke sebuah bukit, dan di sana dia disalibkan. Di atas salib ada papan penulisan alasan dia disalibkan, namun tidak diperlihatkan jelas dalam film ini.
Film The Messiah juga menampilkan Maria, ibu Yesus, dan beberapa wanita berada di bawah salib-Nya. Dan adegan film pun berakhir, padahal kisah penyaliban Yesus dalam iman Kristiani tidak punya arti bila tanpa kisah kebangkitan-Nya. Penyaliban tanpa kebangkitan justru membenarkan keyakinan orang Yahudi bahwa Yesus itu bukanlah utusan Allah. Mungkin sebagian pemirsa film The Mesiah bertanya dalam hati, bagaimana mungkin Tuhan membiarkan utusan-Nya yang saleh itu mati ternista di kayu salib? Penjelasan makna di balik fakta penyaliban dan kebangkitan Yesus telah dibahas dalam artikel lain.
Versi Lain – Bukan Yesus yang Disalibkan
Selanjutnya film The Messiah menampilkan versi kedua yang bersumber dari tradisi Islam dan Injil Barnabas. Divisualkan bahwa sejak rencana pembunuhan Yesus oleh kaum Yahudi, Yesus berdoa kepada Allah dan memohon untuk diselamatkan. Akhirnya datang jawaban dari malaikat Jibril atau Gabriel, “O Yesus, orang-orang Israel telah melakukan tipu daya atas dirimu, maka Allahmu juga akan menggunakan tipudaya. Allah adalah perencana (tipu daya) yang paling ulung. Malam ini kamu akan kuangkat kepadaku. Engkau akan kusucikan dari antara mereka yang mengabaikan ajaranmu. Aku akan membuat para pengikutmu menjadi superior atas mereka yang menolak iman sampai pada hari penghakiman. Pada waktu itulah aku akan menghakimi segala perkara yang memperdebatkan Engkau.”
Di saat para murid-Nya tertidur di ruang perjamuan, Yesus berdoa seorang diri dan melihat cahaya terang dan merasa bahwa saatnya sudah tiba. Maka dia pun beranjak meninggalkan murid-murid-Nya. Pada saat itulah Yudas Iskariot baru masuk ruangan dan melihat Yesus yang mau pergi. Namun mendadak ada sinar menyilaukannya, dan…. Yudas pun dalam sekejab berubah menjadi seperti Yesus, baik dalam wajah maupun suara. Sementara Yesus telah hilang. Tak berapa lama kemudian terdengar gedoran pasukan Romawi dan para murid segera terbangun dan lari. Sementara si Yudas yang ditangkap berteriak bahwa dirinya bukanlah Yesus. Namun dia tetap diseret kepada Kayafas dan Pilatus. Menarik untuk mencatat, ternyata si Lewi yang dibangunkan si Yudas berwajah Yesus ini, langsung bertanya, “Dimana guru kita?” Demikian pula dengan Petrus saat bertemu dengan pasukan Kayafas, dia menegaskan bahwa dirinya masih menjadi murid Yesus, sementara yang diseret dan diadili itu bukanlah gurunya. Di hadapan Pilatus si Yudas berwajah Yesus ini juga mangaku diri bukanlah Yesus, sehingga membuat Pilatus ragu-ragu. Entah darimana Pilatus yakin bahwa yang di hadapannya itu tidak mirip dengan Yesus, kendati wajah dan suaranya persis Yesus.
Akhirnya di hadapan orang banyak, Pilatus menegaskan, bahwa yang diserahkan padanya itu bukanlah Yesus, melainkan Yudas Iskariot, sebab Yesus telah melakukan sihir untuk menyerupakan Yudas dengan dirinya. Lebih lanjut katanya, “Bila dia benar-benar adalah Yesus dan menyatakan bahwa dirinya bukanlah Yesus, berarti dia hilang ingatan. Orang gila tidak bisa dipersalahkan ataupun dihukum.”
Namun, atas desakan para pemimpin Yahudi si Yudas berwajah Yesus ini tetap dijatuhi hukuman mati dan disalibkan. Kemudian sang Narator menggambarkan adegan berikutnya bahwa orang-orang Yahudi yang berada di bawah salib itu sendiri akhirnya tidak yakin apakah mereka telah menyalibkan Yesus. Tetapi selama dalam perjalanan menuju penyaliban, sampai di atas salib, si Yudas ini diam saja. Pada akhirnya dia berseru, “Allah, kenapa Engkau meninggalkan aku?”
Dengan demikian film ini menegaskan bahwa yang disalibkan itu bukanlah Yesus, melainkan Yudas Iskariot. Sementara Yesus sendiri telah diangkat kepada Tuhan. Namun, tidak jelas keterkaitannya dengan adegan terakhir yang memvisualkan Yesus yang asli itu sedang berdoa dengan menengadahkan tangan, lalu berjumpa dengan para muridnya. Film pun ditutup dengan ajakan, “Mari kita nantikan kedatangan-Nya yang mulia dengan berdoa dalam damai.”
Pertanyaan kritis penonton
Karena bagian versi terakhir itu sama sekali berbeda dengan Injil kanonik, maka kita tidak bisa membandingkannya. Namun beberapa pertanyaan kritis berikut ini bisa kita ajukan:
- Bagaimana mungkin Allah yang maha benar, setia, dan adil itu ternyata ikut-ikutan bermain “tipu daya”? Apakah tipu daya ini salah satu dari sifat Allah atau sebenarnya proyeksi dari imajinasi penyusun versi Yesus tidak disalibkan ini?
- Siapakah yang menjadi saksi mata perubahan Yudas Iskariot menjadi berwajah-suara mirip Yesus, selain sang Narrator dan para penonton film ini?
- Bagaimana mungkin Lewi, Petrus, dan Pilatus yakin bahwa yang berwajah-suara Yesus itu sebenarnya adalah Yudas Iskariot? Dan bagaimana mungkin Maria, ibu Yesus, juga ikut terkecoh dengan tipu daya ini?
- Seandainya Petrus memang mengerti bahwa yang disalibkan itu bukanlah guru-Nya, kenapa pada hari Pentakosta dengan lantang dia mewartakan bahwa guru-Nya yang telah mati dan disalibkan itu kini telah dibangkitkan oleh Allah (Kis 2) ? Dan kenapa dia bersama para rasul lainnya tanpa takut mempertaruhkan nyawa mereka untuk mewartakan kebangkitan Kristus? Bukankah lebih masuk akal, bahwa orang akan lebih memilih berbohong, menarik kesaksiannya, atau diam seribu bahasa manakala cerita bohongnya mengancam jiwanya. Bahkan tak jarang terjadi mereka yang dituduh mencopet pun terpaksa mengakui saja daripada terus dipukuli massa. Fenomena para murid Yesus justru sebaliknya. Penjelasan yang masuk akal adalah seandainya mereka tidak mengalami dan menjadi saksi mata atas peristiwa penyaliban dan kebangkitan Yesus, mereka juga tidak akan sampai mau mempertaruhkan nyawa mereka. Demikian pula dengan aneka kisah kemartiran, hanya bisa dijelaskan karena orang mempercayai berita akan kematian dan kebangkitan Yesus, dan selanjutnya menaruh harapan kelak ikut bangkit bersama Dia.
- Jika versi yang terakhir dari film The Messiah ini benar, berarti Allah berlaku curang. Sebab Allah telah ‘menumbalkan’ Yudas Iskariot untuk menyelamatkan Nabi Isa. Demikian pula dia telah membiarkan kesesatan itu berjalan terus sehingga banyak nyawa para martir melayang sia-sia. Dan kenapa ralat dan pemberitahuan itu baru muncul 600 tahun kemudian, itu pun hanya dari Alquran dan injil Barnabas dari abad XVI?
Selanjutnya kiranya pembaca dan pemirsa bisa menarik kesimpulan sendiri.
Next - ke Halaman sebelumnya (2)